Surat Kecil Untuk Ibu


Foto by. debusanablog

 
 Assalamualaikum, “Ibu”
            Selamat pagi, siang, malam dan salam rindu untuk engkau malaikatku. Wahai wanita terhebat di dunia ini “Ibu”. Izinkan sepucuk surat kecil ini untuk mengukir kerinduan hatiku padamu “Ibu”. Semenjak perpisahan beberapa puluh tahun lalu aku sangat kehilanganmu, dan waktu itupun aku masih terlalu kecil untuk mengerti. Aku hanya bisa menangis dan menjerit memanggil-manggil namamu “Ibu” dengan harapan engkau mendengar tangisanku. Sungguh aku terlalu polos saat itu, maafkan aku “Ibu” aku menangis bukan karena aku cengeng, manja dan olokan. Taukah “Ibu” aku menangis waktu itu karena aku khawatir beberapa waktu menghilangkan moment-moment penting tentangmu “Ibu”.
Moment-moment saat engkau coba membangunkan aku untuk pergi kesekolah, saat engkau mengajariku untuk belajar lebih rajin agar nilaiku membanggakan, saat engkau memanggilku untuk membantu memasak didapur, saat engkau memanggilku untuk membantu membereskan rumah aku yang menyapu lantai dan engkau yang mengepel lantainya, saat engkau menyetrika baju sekolahku dengan rapi tapi oleh tangan kreatifku baju-baju itu aku lipat takkaruan, saat aku mengambil beberapa alat make up mu “Ibu” agar aku terlihat cantik  dan menebarnya disembarangan tempat lantas engkaupun hanya tersenyum saat itu, saat engkau memasak makanan kesukaanku sampai aku menghabiskan jatah porsi makanmu “Ibu”,  saat tangan lembutmu menyentuh keningku yang sedang demam tinggi dan mengobatinya sampai aku tertidur dan saat jari telunjukku tertusuk duri sampai bengkak memerah engkau yang mengobatinya dengan sabar. Itu moment-moment yang tak ingin aku lupakan dan ingin terus aku kenang. Aku sangat merindukannya “Ibu”. Aku sangat merindukanmu “Ibu”.    
Perpisahan itu bukan memisahkan kedua hati yang saling menyayangi. Namun  perpisahan itulah yang akan membawa kerinduan yang tulus antara kedua manusia yang saling menyayangi yang terpisah jarak dan waktu yaitu antara “Ibu” dengan anaknya.
“Ibu”, setelah beberapa tahun tidak bisa bertemu akhirnya Allah SWT mempertemukan kita kembali. Aku sudah menjadi seorang mahasiswi dan engkau kini sudah berubah “Ibu”. Engkau tidak seperti dulu lagi, engkau lebih sedikit berbicara. Apa karena engkau melihat aku sudah menjadi seorang mahasiswikah Ibu? Sehingga engkau segan untuk memarahiku. Sungguh aku merindukanmu “Ibu”. Marahmu, senyummu, tawamu, candamu, lelahmu, bahagiamu itulah rinduku “Ibu”. Sungguh sangat beruntung bila seorang anak bisa tumbuh dengan kedua orangtua yang hidup bersama-sama.              
“Ibu”, Izinkan waktu yang sebentar ini aku lakukan untuk membahagiakanmu. Aku akan melakukan seperti apa yang engkau sudah lakukan dulu kepadaku “Ibu” hanya itu yang bisa aku lakukan untukmu “Ibu”.  Aku bantu engkau “Ibu” saat engkau menyiapkan makanan didapur, aku bantu engkau “Ibu” saat engkau mencuci pakaian, aku bantu engkau “Ibu” saat engkau membereskan rumah, aku bantu engkau “Ibu” saat engkau kelelahan aku akan memijitmu sampai rasa lelah berangsur hilang dari tubuh kuatmu “Ibu”. Maafkan aku “Ibu” hanya itu yang bisa aku lakukan untukmu saat ini. Waktu berjalan begitu cepat hingga akhirnya aku pun kembali meninggalkanmu lebih jauh. Jangan khawatir “Ibu” aku berjuang untuk kebahagian engkau nanti.
Jarak, waktu tidak akan memisahkan suatu ikatan batin antara “Ibu” dan anaknya. Begitupula sebaliknya. “Ibu” hal yang paling bahagia untukku adalah ketika aku mendengar bahwa engkau selalu sehat. Tak henti-hentinya aku selalu mencari kabar tentang engkau “Ibu” dari tanah rantau nan jauh. Tak berniat sedikitpun untuk melupakanmu bahkan sampai sedetikpun. “Ibu” raga ini boleh jauh namun hati ini selalu dekat denganmu. Hanya dalam doa disetiap sujudku aku memohon kebahagiaan untukmu pada Allah SWT.  Aku memohon agar engkau selalu dalam perlindungan Nya, selalu dilimpahkan kebahagiaan oleh Nya Amin Ya Rabalalamin.
Maafkan aku “Ibu” aku belum bisa membuat engkau bahagia, namun aku selalu berjuang untuk kebahagiaanmu dari tanah rantau ini. Jangan pernah berubah “Ibu” . Aku tetap gadis kecilmu yang menyusahkan, aku tetap gadis kecilmu yang masih membutuhkan kasihsayangmu, aku masih tetap gadis kecilmu yang masih membutuhkan suportmu, aku masih tetap gadis kecilmu yang masih membutuhkan bimbinganmu. “Ibu” aku mohon doakan aku semoga nanti aku bisa membahagiakan engkau “Ibu”.
Jika engkau bisa memberitahukan padaku Ibu, seberapa banyak tetes air mata yang telah engkau keluarkan saat menahan rasa sakit dalam persalinanku dulu. Mungkin aku akan menangis melihat engkau kesakitan. Terimakasih “Ibu” Masyaallah perjuanganmu luar biasa.  
Satu keinginan terbesarku  Ya Rabb Izinkan hamba Mu ini ya Rabb untuk bisa  merawat kedua malaikatku Ibu Ibu Ibu dan Ayahku. Mereka sangat berharga untukku. Wassalam.
...Walau jauh tetaplah dekat “Ibu” Selamat Hari Ibu. Aku mencintaimu “Ibu”...


foto by. fiksiana.kompasiana.com


                                                                    *** 


Ini adalah sebagian kecil ungkapan sayang padamu Ibu, surat kecil ini sempat saya ikutkan untuk lomba, tapi tak apalah belum rejeki. So saya posting di blog pribadi saja. Thanks panitia lomba Thanks my inspirations Ibu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tebing Breksi

Cinta Secobek Gami Bawis