Surat Kecil Untuk Ibu
Assalamualaikum,
“Ibu”
Selamat pagi, siang, malam dan salam
rindu untuk engkau malaikatku. Wahai wanita terhebat di dunia ini “Ibu”.
Izinkan sepucuk surat kecil ini untuk mengukir kerinduan hatiku padamu “Ibu”. Semenjak
perpisahan beberapa puluh tahun lalu aku sangat kehilanganmu, dan waktu itupun
aku masih terlalu kecil untuk mengerti. Aku hanya bisa menangis dan menjerit
memanggil-manggil namamu “Ibu” dengan harapan engkau mendengar tangisanku. Sungguh
aku terlalu polos saat itu, maafkan aku “Ibu” aku menangis bukan karena aku
cengeng, manja dan olokan. Taukah “Ibu” aku menangis waktu itu karena aku
khawatir beberapa waktu menghilangkan moment-moment penting tentangmu “Ibu”.
Moment-moment
saat engkau coba membangunkan aku untuk pergi kesekolah, saat engkau
mengajariku untuk belajar lebih rajin agar nilaiku membanggakan, saat engkau
memanggilku untuk membantu memasak didapur, saat engkau memanggilku untuk
membantu membereskan rumah aku yang menyapu lantai dan engkau yang mengepel
lantainya, saat engkau menyetrika baju sekolahku dengan rapi tapi oleh tangan
kreatifku baju-baju itu aku lipat takkaruan, saat aku mengambil beberapa alat
make up mu “Ibu” agar aku terlihat cantik
dan menebarnya disembarangan tempat lantas engkaupun hanya tersenyum
saat itu, saat engkau memasak makanan kesukaanku sampai aku menghabiskan jatah
porsi makanmu “Ibu”, saat tangan
lembutmu menyentuh keningku yang sedang demam tinggi dan mengobatinya sampai
aku tertidur dan saat jari telunjukku tertusuk duri sampai bengkak memerah
engkau yang mengobatinya dengan sabar. Itu moment-moment yang tak ingin aku lupakan
dan ingin terus aku kenang. Aku sangat merindukannya “Ibu”. Aku sangat
merindukanmu “Ibu”.
Perpisahan
itu bukan memisahkan kedua hati yang saling menyayangi. Namun perpisahan itulah yang akan membawa kerinduan
yang tulus antara kedua manusia yang saling menyayangi yang terpisah jarak dan
waktu yaitu antara “Ibu” dengan anaknya.
“Ibu”,
setelah beberapa tahun tidak bisa bertemu akhirnya Allah SWT mempertemukan kita
kembali. Aku sudah menjadi seorang mahasiswi dan engkau kini sudah berubah
“Ibu”. Engkau tidak seperti dulu lagi, engkau lebih sedikit berbicara. Apa
karena engkau melihat aku sudah menjadi seorang mahasiswikah Ibu? Sehingga engkau
segan untuk memarahiku. Sungguh aku merindukanmu “Ibu”. Marahmu, senyummu,
tawamu, candamu, lelahmu, bahagiamu itulah rinduku “Ibu”. Sungguh sangat
beruntung bila seorang anak bisa tumbuh dengan kedua orangtua yang hidup
bersama-sama.
“Ibu”,
Izinkan waktu yang sebentar ini aku lakukan untuk membahagiakanmu. Aku akan
melakukan seperti apa yang engkau sudah lakukan dulu kepadaku “Ibu” hanya itu
yang bisa aku lakukan untukmu “Ibu”. Aku
bantu engkau “Ibu” saat engkau menyiapkan makanan didapur, aku bantu engkau “Ibu”
saat engkau mencuci pakaian, aku bantu engkau “Ibu” saat engkau membereskan
rumah, aku bantu engkau “Ibu” saat engkau kelelahan aku akan memijitmu sampai
rasa lelah berangsur hilang dari tubuh kuatmu “Ibu”. Maafkan aku “Ibu” hanya
itu yang bisa aku lakukan untukmu saat ini. Waktu berjalan begitu cepat hingga
akhirnya aku pun kembali meninggalkanmu lebih jauh. Jangan khawatir “Ibu” aku
berjuang untuk kebahagian engkau nanti.
Jarak,
waktu tidak akan memisahkan suatu ikatan batin antara “Ibu” dan anaknya.
Begitupula sebaliknya. “Ibu” hal yang paling bahagia untukku adalah ketika aku
mendengar bahwa engkau selalu sehat. Tak henti-hentinya aku selalu mencari kabar
tentang engkau “Ibu” dari tanah rantau nan jauh. Tak berniat sedikitpun untuk
melupakanmu bahkan sampai sedetikpun. “Ibu” raga ini boleh jauh namun hati ini
selalu dekat denganmu. Hanya dalam doa disetiap sujudku aku memohon kebahagiaan
untukmu pada Allah SWT. Aku memohon agar
engkau selalu dalam perlindungan Nya, selalu dilimpahkan kebahagiaan oleh Nya
Amin Ya Rabalalamin.
Maafkan
aku “Ibu” aku belum bisa membuat engkau bahagia, namun aku selalu berjuang
untuk kebahagiaanmu dari tanah rantau ini. Jangan pernah berubah “Ibu” . Aku
tetap gadis kecilmu yang menyusahkan, aku tetap gadis kecilmu yang masih
membutuhkan kasihsayangmu, aku masih tetap gadis kecilmu yang masih membutuhkan
suportmu, aku masih tetap gadis kecilmu yang masih membutuhkan bimbinganmu. “Ibu”
aku mohon doakan aku semoga nanti aku bisa membahagiakan engkau “Ibu”.
Jika
engkau bisa memberitahukan padaku Ibu, seberapa banyak tetes air mata yang
telah engkau keluarkan saat menahan rasa sakit dalam persalinanku dulu. Mungkin
aku akan menangis melihat engkau kesakitan. Terimakasih “Ibu” Masyaallah
perjuanganmu luar biasa.
Satu
keinginan terbesarku Ya Rabb Izinkan
hamba Mu ini ya Rabb untuk bisa merawat
kedua malaikatku Ibu Ibu Ibu dan Ayahku. Mereka sangat berharga untukku. Wassalam.
...Walau
jauh tetaplah dekat “Ibu” Selamat Hari Ibu. Aku mencintaimu “Ibu”...
foto by. fiksiana.kompasiana.com |
***
Ini
adalah sebagian kecil ungkapan sayang padamu Ibu, surat kecil ini
sempat saya ikutkan untuk lomba, tapi tak apalah belum rejeki. So saya
posting di blog pribadi saja. Thanks panitia lomba Thanks my inspirations Ibu.
Komentar