Cinta Secobek Gami Bawis

Mentari menyapa dengan cahayanya, pohon-pohon nan rimbun rantingnya meliuk-liuk seperti seseorang yang sedang menari mengiringi perjalanan Roy dan Lisa ke kota Bontang. Perjalanan dari kota Balikpapan menuju kota Bontang kurang lebih memakan waktu sekitar lima jam melalui perjalanan darat. Selama perjalanan Roy asik mendengarkan ipone miliknya tak jauh Lisa pun begitu keduanya asik memainkan gadget.
Ketika pak Iman sopir travel berbicara, mas Roy nanti kita akan melewati “Gunung Menangis” sebelum sampai ke kota Bontang. Apa pak Iman? Gunung Menangis sahut Lisa. Tampaknya Lisa merespon lebih cepat dari Roy yang sedari tadi asik mendengarkan musik. Iya Mbak, di depan sana sebentar lagi kita akan melewatinya jawab pak Iman dan kemudian fokus mengendarai kendaraannya. Roy... Roy!!! Lisa berusaha memanggilnya kedua tangan Lisa sambil mencoba melepas paksa earphone yang menempel di telinga Roy, agar ia juga menyaksikan Gunung Menangis yang sudah dibilang pak Iman barusan.
Ya... ampun pak! jalannya curam banget, serem lagi pak. Sahut Lisa sambil sesekali berdoa agar semua baik-baik saja. Roy apa kamu tidak takut lewat jalan ini? Lisa bertanya pada Roy. Serem sih Lis tapi tenang saja kita bisa melewatinya. Sesaat itu tibalah kendaraan yang mereka tumpangi melewati Gunung Menangis. Di “Gunung Menangis” itu konon katanya banyak hal-hal janggal yang tidak bisa dilogika, kebanyakan tragedi kecelakaan di jalan itu bahkan dari rumor orang-orang yang sudah melewatinya sering terdengar suara tangisan di malam hari. Gimana mas Roy dan mbak Lisa Gunung Menangisnya? tanya pak Iman sambil tersenyum. Baru kali ini saya melewati jalan yang tingkat kemiringannya beuhh!!! Ngeri abis. Panjang pula jalannya, ditambah lagi jalannya sempit. Horor! iya kan pak Iman, tutur Roy sambil berekspresi menahan ketakutan. Hem... tenang saja Lis aku enggak apa-apa. Ahh... kamu ini sebenarnya takutkan Roy! Lisa sedang meledek Roy yang sedari tadi berusaha menyembunyikan rasa takutnya. Masa cowok gaul kayak aku begini takut lewat jalan kayak barusan, enggak gantle dong!! Ha-ha-ha. Roy tertawa mendengar ledekan Lisa yang berusaha memaksa Roy agar ia mengakuinya. Ahh... sudahlah percuma kamu mesti jaim kalau didepan orang. He-he-he. Sahut Lisa dengan tertawa meledek. Udah-udah yang penting aku enggak takut titik! tutup Roy yang sedikit kesal. Mereka berdua tampak tidak mau mengalah. Keributan terhenti ketika ada salah satu penumpang yang merelai mereka. Sudah-sudah mas mbak. Ngomong-ngomong kalian nanti tujuannya kemana? Tanya seorang bapak tua salah satu penumpang travel itu. Kemudian mereka berhenti dari keributannya. Maaf-maaf ya pak kami malah membuat kegaduhan. Kami nanti turun di jalan MT Haryono, kata saudara saya dekat kantor PLN. Roy sambil mengingat-ingat tepatnya mereka akan berhenti dimana. Wah kebetulan sekali bapak juga searah mas Roy. Wah, yang bener pak. Iya Mas tapi turunnya duluan mas dan mbaknya. Bapak nanti turun di Bontang Kuala. Apa pak? Koala! Bontang Kuala tutur Lisa sambil membetulkan kata-kata Roy. Maaf ya pak teman saya memang rada-rada sotoy belagu lagi. Enak aja kamu bilang aku sotoy belagu! jawab Roy sambil ngeles.
Sudah sampai ini tujuannya mas dan mbak Lisa. Kalau bukan karena sudah sampai, kemunginan mereka berdua akan membuat gaduh untuk yang keduakalinya. Oya terimakasih pak Iman, semuanya kami turun duluan. Kemudian mereka berdua turun tepat di depan PLN. Akhirnya kita sampai juga Lis. Mas Roy kapan-kapan mampir ketempat saya Bontang Kuala. Sahut seorang pak tua dari dalam mobil yang meneriakan Roy untuk mampir ketempatnya. Baik pak terimakasih Insya Allah saya mampir.
Halo, Teri... aku sudah sampai ini, tepat didepan PLN jalan MT Haryono. Roy tampak sedang menghubungi Teri sepupunya. Sesaat terdengar suara perempuan dari dalam telepon, Oke- Oke aku jemput mas Roy. Tunggu ya mas Roy.
Kemudian mereka berdua menunggu jemputan Teri sepupunya Roy. Tak lama dari itu mereka berdua datang yaitu Teri dan Daren suaminya. Halo... masku yang paling ganteng se Jakarta rupanya sampai juga kesini, makasih banyak ya. Alhamdulillah enggak nyasar. He-he-he. Iya dong, alhamdulillah mas kamu ini kan cerdas enggak bakal nyasar, sambil bertingkah agak sombong Roy menutup pembicaraan. Hehh... heh... kamu mau bilang apa Lisa! Roy tampak membungkam mulut Lisa yang sedari tadi akan berbicara sesuatu. Roy membisikan, awas loh kalau kamu bilang soal Gunung Menangis tadi. Hemm!!! enggak ada ampun pokoknya. Lisa rupanya tau kalau Roy memang takut. Iya, aku enggak bakal ngomong kecuali... Lisa berkata dan memberikan jeda kemudian melanjutkan perkataanya. Kalau... kalau aku keceplosan. Ha-ha-ha. Lisa lantas berlari menjauhi Roy dan tertawa puas meledeknya. Itu anak sumpah ngeselin banget Ter. Lisa tuh ngeselin. Udah-udah kalian ini udah gede masih saja berantem kayak anak kecil. Yuk kita kerumahku. Loh, mobil kalian parkir dimana? Tidak ada mobil lantas kita jalan gitu!! Busyet dah pengiritan abis. Kita jalan saja ya, cuman deket kok mas, sekitar tujuh meter dibelakang PLN ini loh. Wah, aku kira jauh sampai berkilo-kilo. He-he-he. Makanya sabar jadi orang jangan emosian ya mas Roy. Iya adekku yang abis jadi pengantin jawab Roy dengan sedikit menggoda.
Sesampai disana, kemudian mereka disambut hangat oleh keluarga besar Daren. Dua hari setelah pesta pernikahannya. Teri dan Daren mengajak Roy dan Lisa makan malam di cafe Kapal . Cafe yang terletak ditengah-tengah pemukiman nelayan. Kawasan rumah-rumah nelayan yang berada di atas air laut. Cafe yang menyerupai bentuk kapal besar menyajikan masakan khas kota Bontang salah satunya “Gami Bawis”. Di cafe ini lah pertamakalinya Roy jatuh cinta dengan Gami Bawis itu.
Sore harinya lagi mereka menikmati makan malam di salah satu cafe Bontang Kuala, cafe tengah laut. Bertemulah mereka dengan pak tua yang satu travel dulu. Tampaknya pak tua itu memiliki salah satu cafe di Bontang Kuala dan didalamnya juga menjual masakan Gami Bawis. Kedua kalinya Roy jatuh cinta dengan “Gami Bawis” yang mana masakannya Erlin putrinya pak tua. Saat mereka berada di cafe pak tua, tampaknya Erlin sedang sibuk melayani pengunjung karena sore ini cafe pak tua sangat ramai.
Profesi Roy adalah seorang jurnalis ia sangat tertarik sekali untuk mengulas masakan Gami Bawis ini, untuk keperluan beritanya. Sehingga Roy tampak beberapa kali mengunjungi Bontang Kuala untuk mencari berita seputar “Gami Bawis”. Secara tidak sengaja ia melihat seseorang berparas ayu dengan rambut panjang dikepang, sekali-kali ia melemparkan senyum yang menawan pada orang-orang yang melintasinya. Roy kemudian memotret beberapa kali sekali-kali ia tersenyum ketika melihat fotonya. Lambat laun ia jatuh hati dengan gadis nelayan itu. Gadis itu terlihat sederhana, ramah, lembut dan menyenangkan. Sampai-sampai ia memimpikan gadis itu. Karena terbuai dengan gadis nelayan itu Lisa semakin diacuhkan oleh Roy. Alhasil Lisa menjadi semakin jutek, galak dan cerewet.
Roy kemudian sekali-kali mengajak Lisa ke Bontang Kuala dengan alasan memotret pemandangan dan mencari berita. Namun alasan sebenarnya Roy ingin melihat gadis nelayan tempo hari itu yang kebanyakan fotonya memenuhi camera kerjanya Roy. Lisa melihat Roy asik memotret namun setelah Lisa tau bahwa kebanyakan dari foto-fotonya adalah gadis nelayan. Lisa pun cemburu. Sehingga Lisa memaksa untuk segera pulang. Dan ia pun tidak mau diajak lagi ketika Roy mengajaknya. Saat Roy berkunjung lagi setelah memotret beberapa cafe sekitaran Bontang Kuala tampaknya Roy merasakan lapar. Ia pun singgah di cafe kapal, secara tidak sengaja saat ia hendak menanyakan toilet karena tidak ada orang di cafe itu hanya ada Erlin yang sedang memasak. Kemudian ia melihat gadis nelayan itu untuk yang kedua kalinya namun kali ini sedang memasak Gami Bawis. Pantas saja hari ini aku tidak mendapati gadis itu mengambil ikan-ikan di kapal nelayan, rupanya dia sedang memasak disini. Oh, dia seorang koki gumam Roy sambil sekali-kali tersenyum membayangkan gadis itu.
Maaf mba sedang masak Gami Bawis ya. Iya mas, kenapa disini? bisa saya bantu mas? Mau tanya toilet sebelah mana? Jelas-jelas toilet disebelah dapur itu. Namun karena bingung mau bertanya apa, alhasil toiletlah yang jadi alasan untuk menyapa gadis nelayan itu. Mas itu disebelah dapur ini toiletnya. Oh, iya makasih banyak ya mba. Begitu senangnya saat Roy bisa bertemu langsung dengan gadis nelayan pujaannya. Roy pun pulang dengan wajah yang berseri-seri diceritakanlah kepada Lisa bahwa Roy bertemu dengan seseorang yang menjadi pujaan hatinya selama ini. Ia adalah gadis nelayan itu dan secara kebetulan ia juga seorang koki di Cafe Kapal. Setelah Roy selesai bercerita pada Lisa kemudian Lisa berlalu meninggalakan Roy dengan ngomel-ngomel nggak jelas. Lisa semakin cemburu, semakin jutek dan galak kepada Roy.
Untuk yang kesekian kalinya Roy berkunjung ke cafe pak tua yang mana adalah bapaknya Erlin. Saat ia sedang menikmati “Gami Bawis” Erlin kemudian muncul dari dapur sesaat setelah dipanggil oleh pak tua untuk diperkenalkan dengan Roy. Erlin kaget ternyata Roy lelaki yang tempo hari makan di cafe-nya. Untuk yang kedua kalinya ia dan Roy bertemu secara langsung. Menjadi semakin dalam rasa suka Roy pada gadis nelayan itu. Mendengar kedekatan antara Roy dan Erlin, Lisa semakin cemburu dan semakin jutek pada Roy.
Secara sembunyi-sembunyi Lisa mendatangi cafe milik gadis nelayan itu, ia meminta Erlin untuk mengajarkan memasak Gami Bawis agar ia bisa memasak sepertinya. Saat Roy main ke cafe milik pak tua, Erlin bercerita bahwa Lisa mengunjunginya dan meminta untuk mengajarkan memasak Gami Bawis. Katanya untuk Kekasihnya, tutur Erlin kepada Roy. Lantas Roy pun tertawa mendegar perkataan Erlin. Mana ada Lisa punya kekasih. Orangnya aja galak, jutek abis. Ngeselin pokoknya Lin!!
Oh, jadi selama ini mba Lisa belum punya kekasih. Terus dia belajar masak buat siapa Mas Roy. Tanya Erlin pada Roy. Entahlah Lin aku juga tidak tau jawab Roy singkat. Sebenarnya Kedatangan Roy ke cafe pak tua ingin bertemu Erlin dan ingin mengatakan kalau dia suka Erlin. Tapi sudah keduluan Erlin mengatakan sesuatu bahwa dia sebentar lagi akan menikah dan ia memperkenalkan calonnya pada Roy. Patah hatilah Roy saat itu. Kemudian ia pulang dan murung. Lisa yang mendapati Roy sedih, jadi ikut bersedih. Lantas ia berusaha menghibur Roy dengan membohonginya kalau Roy dapat kiriman masakan “Gami Bawis” dari gadis nelayan itu. Padahal yang memasak Lisa sendiri. Roy percaya saja kalau Erlin yang memasaknya.
Roy masih mengira bahwa Erlin yang membuatnya. Jangan-jangan dia enggak jadi nikah gara-gara lebih suka sama aku gumam Roy dalam hati. Sambil makan dengan lahap dan tersenyum sambil sekali-kali berkata enak-enak sambil menghadap Lisa. Lisa yang melihatnya pun ikut senang melihat Roy makan dengan lahap dan memuji enak untuk masakannya. Besoknya Roy kembali datang ke cafe pak tua ia mendapati Erlin sedang bersama calon suaminya. Erlin pun terkejut mendapati Roy sudah berada di cafe-nya. Kok, mas Roy kesini sendirian? Mba Lisa mana mas ? Lisa sedang sibuk memasak katanya begitu jadi saya enggak ngajak dia. Wow, keren ya mba Lisa sudah pintar memasak Gami Bawisnya. Apa kamu bilang barusan Lin? Masak? Yang benar saja dia bisa masak. Baru saja kemarin belajar sama kamu Lin. Masa langsung sim salam bim enak. Ahh, mas Roy ini kuno! masa nggak tau. Hanya cinta yang bisa melakukan ini semua mas. Hah, enggak salah bilang kamu Lin? Cinta? Iya mas Roy hanya cinta yang bisa melakukan. Sepertinya mas Roy lah yang mba Lisa suka. Hanya orang yang memasak dengan penuh cintalah masakannya bisa enak. Karena dia memasak dengan tulus. Tapi sebentar-sebentar Lin, bisa jadi sebenarnya Lisa itu suka aku tapi dia pura-pura enggak suka dengan bertingkah juteklah, galaklah, cerewet apalagi. Hem... ngomong-ngomong bisa jaim juga itu anak. Gerutu Roy. Oke-oke makasih banyak Lin informasinya. Thanks ya Lin. Sama-sama mas Roy. Roy kemudian pergi meninggalkan Erlin.
Tumben muka kamu enggak ditekuk- tekuk Roy. Habis darimana? Aku dari cafe pak tua. Trus- trus Roy. Tapi langsung pulang karena pak tua enggak ada dan Erlin juga lagi sibuk. Oh, gitu kirain. Nah, loh! kirain apa. Enggak apa-apa Roy. Bohongkan. Enggak Roy. Sambil menyudutkan Lisa Roy mengancam akan menggelitik Lisa kalau dia tidak jujur. Aku cuman mau bilang kirain kamu makan disitu. Begitu. Namun dalam hati merasa lega, untung Erlin tidak mengatakan soal aku yang kemarin belajar masak. Syukurlah seraya menarik nafas pelan-pelan agar ia tidak terlihat gugup didepan Roy. Oh, begitu kirain makan ya celetuk Roy sambil tersenyum bahagia melihat ekspresi Lisa yang terlihat gugup. Iya, karena aku sudah masakin kamu Gami Bawis . Cobain ya Roy. Masa, Iya beneran Roy. Cobain ya. Enggak mau pasti enggak enak. Idih sembarangan enak tau. Yaudah kalau enggak mau nyobain. Aku buang aja. Iya... iya aku cobain. Mana sini Gami Bawisnya. Enak apa enggak. Okey tunggu ya Roy bentar lagi matang. Wah... masih lama kah ini. Bentar dua menit lagi. Hemm... enggak jadi ah, enggak jadi. Iya iya Roy sabar semenit ya. Hem... baiklah. Ini dia “Secobek Gami Bawis” untuk temanku yang sotoy yang belagu, nyebelin lagi. He-he-he. Apa kamu bilang, Roy pura-pura mau marah. Iya iya enggak. Buat temenku Roy yang gaul dan gantengnya se Jakarta. Kemudian Roy mencicipi masakannya. Dalam hatinya, wahh enak juga ini Gami Bawis, Ikan Bawisnya lembut dan sambal gaminya pas banget pedasnya dan lebih enak masakannya Lisa daripada Erlin kali ini. Kenapa bisa begini ya. Perasaan kemarin-kemarin masakan Erlin juaranya. Nah ini kenapa masakannya Lisa yang jadi juaranya. Gimana Roy enak enggak masakanku? Lumayan. Kok lumayan aja Roy. Kurang enak ya. Lebih enak masakannya Erlin kan. Iya memang aku gak bisa masak. Kalah sama Erlin. Setelah Lisa berbicara panjang lebar kemudian Lisa marah dan meninggalkan Roy sendirian. Roy mengejar Lisa dan meraih tangannya. Lisa tunggu, gitu aja kok ngambek. Lama kelamaan kamu itu kayak anak kecil ngambekan terus. Udah jutek, galak, cerewet nah ini ditambah ngambekan. Roy berteriak dan berusaha mengejar Lisa. Kamu kenapa sih Lisa akhir-akhir ini tingkahmu aneh banget. Enggak biasanya loh semenjak kita berada disini. Sini – sini Roy membujuk Lisa untuk menghadap Roy secara langsung. Kemudian mereka berhadapan. Dan saat itu sambil menggenggam tangan Lisa, Roy berkata Lisa, aku mau bilang masakan “Gami Bawis” buatanmu enak banget ngalahin buatannya Erlin aku suka Lis. Terimakasih, beneran ni Roy? Iya beneran enak banget. Lisa pun bahagia mendengar pujian dari Roy, matanya yang bulat tampak berbinar indah. Makasih banyak kamu sudah repot-repot masak buat aku. 
Kemudian sesaat terdiam. Dan tiba-tiba Roy membisikkan sesuatu. Lisa aku suka masakan kamu dan... dan... dan aku juga lebih suka sama orang yang memasaknya. Maksud kamu apa Roy? Kamu bela-belain belajar masak sama Erlin demi aku kan Lis, makasih banyak ya Lisa. Lisa hendak mengelak namun tangan Roy keburu berhenti dibawah bibir lisa dan menutupnya dengan telunjuk jari Roy. Aku cinta sama kamu Lisa. Lisa pun tersenyum dan berkata aku juga mencintaimu Roy. Terimakasih untuk “Cinta di Secobek Gami Bawisnya” Lis. *** 

Bagaimana ceritanya?? seru khan!  Cerita ini saya buat untuk mengobati kerinduan saya kepada kota Bontang yang pernah saya kunjungi beberapa tahun lalu. Berikut beberapa foto yang akan saya tambahkan untuk melengkapai cerita ini. Terimakasih
Gami Bawis(sambal) Foto by. Vicksu

 Bontang Kuala by dannysuryaphotowork

 
Cafe Kapal by. Tito Febrian N
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tebing Breksi

Surat Kecil Untuk Ibu